PRESENTATION OUTLINE
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum putus pada suhu 25'C dan dengan kecepatan 50 mm/menit
Sifat reologis daktalitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktalitas yang rendah akan mengalami keretakan dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Sifat daktalitas di pengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa hidrokarbon yang di kandung oleh aspal tersebut
No Benda Uji Hasil Pengujian Keterangan
1. Sampel 1 :164 cm Masih belum putus
2. Sampel 2 :164 cm Masih belum putus
3. Rata-rata :164 cm Masih belum putus
Apabila dalam pengujian hasil pegujian daktilitas ≥ 100 cm mengikuti spesifikasi Bina Marga atau ≥ 140 cm ASTM maka bitumen tersebut layak untuk digunakan untuk sebuah perkerasan jalan. Dan sebaliknya jika hasil pengujian daktilitas ≤ 100 cm maka bitumen tersebut tidak layak digunakan.
Dari hasil pengujian daktilitas ini didapatkan nilai daktilitas rata sebesar 164 cm dengan catatan aspal ini masih dalam keadaan belum terputus, berarti nilai tersebut lebih dari persyaratan dari spesifikasi AC 60-70, dengan itu bahan uji bitumen tersebut layak digunakan untuk perkerasan jalan
2. BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan piknometer. Berat jenis bitumen keras dan ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu
Berat Jenis aspal = Berat/volume 1,05 dan 1,08
Rata-rata BJ aspal 1,065
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu C atau . Pengujian ini dilakukan terhadap semua aspal padat, selanjutnya hasilnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran serta pengendalian mutu perkerasan jalan.
Dengan penetrasi antara 60 – 70 mempunyai berat jenis aspal sebesar 1,065 dengan ketentuan kandungan mineral lain hanya 1% dalam aspal tersebut
Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh nilai berat jenis rata-rata aspal sebesar 1,065 . Dengan demikian jenis aspal tersebut memenuhi standart Bina Marga untuk jenis aspal AC 60-70 dan dapat digunakan untuk bahan konstruksi.
3. TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN CLEAVELAND OPEN CUP
Pengujian ini dilakukan terhadap aspal dan semua jenis minyak bumi, kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari C. hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada suhu mana bahan akan terbakar atau menyala.
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik
pada suatu titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal
Mulai 30°C 10.38 WIB
selesai 325°C 10.59 WIB
Benda Uji Titik Nyala 303°C
Titik Bakar 325°C
Pemeriksaan titik nyala da titik bakar untuk aspal keras mengiikuti prosedur AASHTO T48-81 atau PA 0303-76, hal ini berguna untuk menentukan suhu dimana aspal tersebut terlihat menyala singkat di permukaan aspal dan terlihat sekurang-kurangnya 5 detik. Pemeriksaan ini dengan Cleveland Open Cup.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan suhu maksimum pemanasan aspal, sehingga dalam pemanasan aspal tidak boleh melampaui titik nyala tersebut. Pemanasan yang melampaui titik nyala ataupun titik bakar akan menyebabkan aspal terbakar sehingga akan mengakibatkan aspal tersebut menjadi keras dang getas jika aspal tersebut digunakan untuk pencampuran perkerasan maka perkerasan tersebut akan mudah retak, kurang fleksibel dan mudah pecah
Pada pengujian titik nyala dan titik bakar aspal ini didapatkan titik nyala sebesar 303°C dan titik bakar sebesar 325°C. Jadi pada pengujian aspal AC 60-70 ini memenuhi spsifikasi Bina Marga